Kursus Inventarisasi Flora Fauna VI 2018 MAPALIPMA

1. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang dapat dijadikan penelitian dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Namun pada kenyataannya dengan perkembangan jaman yang semakin maju, keanekaragaman hayati menghadapi tantangan yang tidak menentu karena meningkatnya kegiatan eksploitasi sumberdaya alam oleh manusia. Generasi muda, khususnya pencinta alam sebagai salah satu komponen bangsa yang sangat potensial dalam pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan sesuai dengan ruang lingkup aktifitasnya yang sebagian besar berhubungan dengan alam bebas, maka sangatlah penting untuk mempunyai bekal yang cukup dalam hal upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melalui tindakan konkrit berupa pendidikan dan pelatihan konservasi.

MAPALIPMA yang mempunyai visi dan misi “Tracking, Observation dan Concervation” bermaksud menyebarluaskan pemahaman dan pengetahuan praktis tentang konservasi sumberdaya alam kepada kalangan pencinta alam, penggiat alam atau pemerhati lingkungan hidup melalui pelaksanaan kegiatan Kursus Inventarisasi Flora Fauna VI 2018.

Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna atau biasa disingkat KIFF merupakan sebuah kegiatan yang menjadi wadah bagi masyarakat umum khususnya pencinta alam, mahasiswa dan pemerhati lingkungan untuk meningkatkan kemampuan dan kepedulian terhadap pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dengan pemberian materi, praktik lapangan dan analisis data selama kegiatan.

2. Tujuan

Pelaksanaan Kursus Inventarisasi Flora Fauna VI 2018 adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kepedulian kalangan pencinta alam, mahasiswa, pemerhati lingkungan dan masyarakat umum terutama generasi muda dalam upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

3. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna VI 2018 dilaksanakan pada tanggal 27 – 31 Juli 2018 di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

4. Bentuk Kegiatan dan Materi

Kegiatan berbentuk pendidikan non formal berupa penyampaian materi, diskusi dan praktik lapangan

A. Materi

Materi Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna VI 2018 meliputi: Keanekaragaman HayatI, Konservasi, Kehutanan Umum, Analisa Vegetasi, Herbarium, Ekosistem Mangrove,  Sensus Satwa Liar, Plastercast, Bird Watching, Penanganan Satwa Liar, Penanganan Tindak Pidana LHK, Manajemen Kepemimpinan, SAR dan PPGD

B. Penyampaian Materi

Penyampaian materi dilakukan di ruangan (pendopo) dan di lapangan secara langsung di Taman Nasional Alas Purwo

C. Teknik Praktik Lapangan

Praktik lapangan dilakukan setelah materi-materi disampaikan dengan didampingi oleh petugas dan mentor.

5. Narasumber

Balai Taman Nasional Alas Purwo, Balai Taman Nasional Baluran, Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Timur, Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK), Yayasan PAKARTI

6. Sasaran Kegiatan

Sasaran pelaksanaan Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna VI 2018 adalah masyarakat umum, khususnya pencinta alam, mahasiswa dan pemerhati lingkungan hidup se-Indonesia.

7. Fasilitas dan Kontribusi Peserta

Fasilitas peserta antara lain : Kartu Kader Konservasi, Kaos peserta, Buku materi, Transportasi, Konsumsi, Tiket Masuk, Tiket Pengamatan, Sertifikat, Stiker, Id Card.

Kontribusi peserta, sebesar 400.000,00- (Empat Ratus Ribu Rupiah)

8. Hasil Yang Diharapkan 

Hasil yang diharapkan:

Meningkatnya pemahaman peserta tentang upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

Peserta mampu mengembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

Peserta KIFF VI 2018 mempunyai inisiatif untuk melakukan kegiatan serupa di organisasi atau lembaga masing-masing.

Terbentuknya suatu jaringan komunikasi dan informasi dalam hal konservasi lingkungan hidup

SUSUNAN ACARA 

Jum’at, 27 Juli 2018
Waktu (WIB) Agenda
09.00 – 15.30 Perjalanan dari Benculuk ke Pasar Anyar
16.00 – 17.00 Registrasi dan Technical Meeting (Pasar Anyar)
17.00 – 18.00 Perjalanan Pasar Anyar ke Pancur
18.00 – 19.30 Peserta Mendirikan Tenda
19.30 – 21.00 Sarasehan + Manajemen Kepemimpinan
21.00 – 05.00 Istirahat
Sabtu, 28 Juli 2018
Waktu (WIB) Agenda
05.30 – 06.00 Bangun Pagi + Olah Raga
06.00 – 07.00 Bersih Diri
07.00 – 07.30 Sarapan pagi
07.30 – 08.00 Pembukaan

–       Laporan Ketua Pelaksana

–       Sambutan Kepala Balai TNAP sekaligus membuka KIFF VI

08.00 – 09.00 Materi Keanekaragaman Hayati (Kapala Balai TNAP)
09.00 – 10.00 Materi Konservasi (Kapala Balai TNAP)
10.00 – 11.00 SAR dan PPGD
11.00 – 12.00 ISHOMA
12.00 – 13.00 Ekosistem Mangrove
13.00 – 14.00 Kehutanan Umum
14.00 – 14.30 ISHOMA & Coffee break
14.00 – 16.00 Materi Ekologi Hutan (Anveg)
Transek
Kuadran
16.00 – 17.00 Penanganan Tindak Pidana Kehutanan
17.00 – 18.30 Bird watching
18.30 – 19.00 ISHOMA & Coffee break
19.00 – 21.00 Sensus Satwa Liar
21.00 Istirahat
Selasa, 29 Juli 2018
Waktu (WIB) Agenda
05.00 – 07.00 Sensus Satwa (Transek)
Pancur – Sadengan
Pancur – Goa istana
Pancur – Trianggulasri
Pancur – Plengkung
Pancur – Sisir pantai
07.00 – 08.00 Sarapan pagi
08.00 – 10.00 Praktek Bird watching
10.00 – 12.00 Praktek ANVEG (Transek)
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.00 Lanjutan ANVEG (metode kuadran)
15.00 – 16.30 Praktek Sensus Satwa (metode poin sensus)
16.30 – 19.00 ISHOMA
19.00 – 20.00 Ekosistem mangrove
20.00 – 22.00 Analisa Data
22.00 Istirahat
Rabu, 30 Juli 2018
Waktu (WIB) Agenda
05.00 – 07.00 Berangkat ke Ngagelan
07.00 – 08.00 Sarapan pagi
08.00 – 11.00 Materi Pelestarian Penyu
11.00 – 12.00 ISHOMA
12.00 – 14.00 ANVEG Mangrove
14.00 – 16.00 Pengamatan Burung Air
16.00 – 16.30 Sholat ashar
16.30 – 17.00 Pelepasan Tukik ke Laut
17.00 – 18.00 ISHOMA
18.00 – 20.00 Go to pancur by GRANDONG
20.00 Musik dan ramah tamah serta istirahat
Kamis, 31 Juli 2018
Waktu (WIB) Agenda
07.00 – 08.00 Sarapan pagi
08.00 – 10.00 Analisa Data
10.00 – 12.00 Packing dan Penutup
12.00 – 16.00 Pancur – Benculuk

PENGALAMAN ORGANISASI / REKAM JEJAK

Pengalaman Organisasi   :

  1. Tahun 1995 mengadakan Ekspedisi Pulau Nusa Barung Jember untuk Inventarisasi flora dan fauna
  2. Tahun 1996 mengadakan Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna (KIFF) I di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi se-Jawa – Bali
  3. Tahun 1997 mengadakan Observasi di Ranu Darungan TNBTS dan Pemetaan Gua di Embul Tuk Blitar
  4. Tahun 1998 mengadakan Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna (KIFF) II di Taman Nasional Meru Betiri Jember lingkup Nasional dan Observasi di Pantai Jonggring Salaka Malang
  5. Tahun 1999 mengadakan Ekspedisi Burung Gosong di Kepulauan Kangean Madura dan Observasi di Cagar Alam Pulau Sempu Malang
  6. Tahun 2000 mengadakan Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna (KIFF) III di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi lingkup Nasional dan Kursus Inventarisasi Flora dan Fauna (KIFF) VI
  7. Tahun 2001 mengadakan Latihan Gabungan Riset Ikan Karang di Cagar Alam Pulau Sempu Malang dan Penyuluhan Konservasi ke SMA-SMA di Malang
  8. Tahun 2002 mengadakan Seminar Cagar Alam Pulau Sempu Malang dan Penyuluhan Konservasi ke SMA-SMA di Malang
  9. Tahun 2003 mengadakan Latihan Penelitian Pencinta Alam se-Jawa Timur di TAHURA R. Soeryo Cangar dan Pelatihan Dasar Konservasi MAPALA se-Jawa di Taman Nasional Meru Betiri Jember
  10. Tahun 2004 mengadakan Ranu Pani Conservation Camp di TNBTS lingkup MAPALA se-Jawa – Bali
  11. Tahun 2006 mengadakan Penyuluhan Konservasi ke SMA-SMA di Malang
  12. Tahun 2007 mengadakan Penghijauan di lereng Gunung Arjuna, Bukit Buduk Asu
  13. Tahun 2008 mengadakan Penghijauan di lereng Gunung Arjuna, Bukit Tongol dan Penyuluhan Kader Konsevasi
  14. Tahun 2009 mengadakan Penghijauan di lereng Gunung Arjuna, Jurang Oyot dan Penyuluhan Kader Konservasi ke SMA dan Mahasiswa
  15. Tahun 2010 mengadakan Mengare Conservation Camp lingkup Nasional di Mengare (KIFF V), Gresik
  16. Tahun 2013 mengadakan Eksplorasi Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata di Pulau Gili Labak Madura
  17. Tahun 2014 mendapatkan Juara Satu Lomba Wana Lestari Tingkat Jawa Timur Kategori Kelompok Pencinta Alam
  18. Tahun 2013-2017, terlibat secara aktif dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi Restorasi Ekosistem yang dilaksanakan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan International Cooperation System (JICS).

UNTUK PENDAFTARAN HUBUNGI Contact Person: 

AREM  085-338-696-539

BIPEN 085-606-787-559

PETZEL 085-707-785-414

Untuk Pendaftaran Online di Bit.ly/kiffVI2018

Keanekaragaman Hayati

KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI

Apabila Anda mendengar kata “Keanekaragaman”, dalam pikiran anda mungkin akan terbayang kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Bayangan tersebut memang tidak salah. Kata keanekaragaman memang untuk menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah.

Sedangkan kata “Hayati” menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer.

Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.

Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Untuk memahami konsep keseragaman dan keberagaman makhluk hidup pergilah Anda ke halaman sekolah. Amati lingkungan sekitarnya! Anda akan menjumpai bermacam-macam tumbuhan dan hewan. Jika Anda perhatikan tumbuhan-tumbuhan itu, maka Anda akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang berbatang tinggi, misalnya: palem, mangga, beringin, kelapa. Dan yang berbatang rendah, misalnya: cabe, tomat, melati, mawar dan lain-lainnya. Ada tumbuhan yang berbatang keras, dan berbatang lunak. Ada yang berdaun lebar, tetapi ada pula yang berdaun kecil, serta bunga yang berwarna-warni. Begitu pula Anda akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kesamaan ciri seperti: tulang daun menyirip atau sejajar, sistem perakaran tunggang atau serabut, berbiji tertutup atau terbuka, mahkota bunga berkelipatan 3 atau 5 dan lain-lain. Begitu pula pada hewan-hewan yang Anda temukan, terdapat hewan-hewan yang bertubuh besar seperti kucing, sapi, kerbau, dan yang bertubuh kecil seperti semut

serta kupu-kupu. Ada hewan berkaki empat, seperti kucing. Berkaki dua seperti ayam. Berkaki banyak seperti lipan dan luwing. Juga akan tampak burung yang memiliki bulu dan bersayap.

Di samping itu, Anda juga akan menemukan hewan yang hidupnya di air seperti: ikan mas, lele, ikan gurame. Dan hewan-hewan yang hidup di darat seperti kucing, burung dan lain-lain. Ada hewan yang tubuhnya ditutupi bulu seperti burung, ayam. Ada yang bersisik seperti ikan gurame, ikan mas, dan ada pula yang berambut seperti kucing, kelinci dan lain-lain.

Dari hasil pengamatan atau observasi di halaman sekolah, Anda telah menemukan adanya keseragaman dan keberagaman pada makhluk hidup.

Untuk lebih memahami uraian diatas, cobalah Anda kerjakan kegiatan praktikum berikut:

  1. KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGKAT GEN

Keanekaragaman hayati tidak saja terjadi antar jenis, tetapi dalam satu jenis pun terdapat keanekaragaman. Adanya perbedaan warna, bentuk, dan ukuran dalam satu jenis disebut variasi.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tingkatan keanekaragaman hayati, simak uraiannya berikut ini:

  1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati tingkat gen? Untuk menemukan jawaban ini, cobalah amati tanaman bunga mawar. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna-warni, dapat berwarna merah, putih atau kuning. Atau pada tanaman mangga, keanekaragaman dapat Anda temukan antara lain pada bentuk buahnya, rasa, dan warnanya.

Demikian juga pada hewan. Anda dapat membandingkan ayam kampung, ayam hutan, ayam ras, dan ayam lainnya. Anda akan melihat keanekaragaman sifat antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan bentuk pial (jengger).

Gambar 1. Keanekaragaman gen pada ayam

Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna pada buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya.

Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.

Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen? Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.

Perbedaan sifat pada jenis mangga dapat Anda amati pada tabel berikut:

No. Mangga Bentuk Buah Rasa arima
1.
2.
3.
golek
kuini
gedong
lonjong panjang
bulat telur, besar
bulat, kecil
manis
manis
lebih manis
tidak wangi
wangi
tidak wangi

Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil, sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning); warna mata (biru, hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting). Cobalah perhatikan diri Anda sendiri! Ciri atau sifat apa yang Anda miliki? Sesuaikan dengan uraian di atas?

  1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis

Dapatkah Anda membedakan antara tumbuhan kelapa aren, nipah dan pinang? Atau membedakan jenis kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang buncis, kacang kapri, dan kacang hijau? Atau Anda dapat membedakan kelompok hewan antara kucing,harimau, singa dan citah? Jika hal ini dapat Anda bedakan dengan benar, maka paling tidak sedikitnya anda telah mengetahui tentang keanekaragaman jenis.

Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.

Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan mudah membedakannya, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.

Gambar 2. Keanekaragaman jenis pada kacang-kacangan

Contoh lain, keanekaragaman pada keluarga kucing. Di kebun binatang, Anda dapat mengamati hewan harimau, singa, citah dan kucing.

Gambar 2. Keanek ragaman jenis pada hewan (a) harimau, (b) singan, (c) kucing dan (d) citah.

Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.

Cobalah Anda perhatikan perbedaan sifat dari hewan berikut ini :

No. Ciri-ciri Kucing Harimau Singa Citah
1.

2.

3.

Ukuran tubuh
Warna buluTempat hidup
Kecil

Hitam, putih, kuning
Hutan, rumah

Besar

Hitam, putih, kuning
Hutan

Besar

Hitam, putih, kuning
Hutan

Sedang

Hitam/ putih
Pohon

Demikian pula pada kelompok tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti tampak pada tabel pengamatan berikut ini.

No Ciri-ciri Kelapa Aren Pinang Lontar
1. Tinggi Batang >30m 25m 25 15-30m
2. Daun -Panjang tangkai daun 75-150cm
-Helaian daun 5m, ujungruncing dan keras
-Panjang tangkai daun 150cm Tangkai daun pendek -Panjang tangkai daun 100cm
-Helaian daun bulat, tepi daun bercangap menjari
3. Bunga Tongkol Tongkol Tongkol Bulir

Gambar 2. Keanekaragaman pada suku Palmae

Dari contoh-contoh di atas, Anda dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis.

Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.

  1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

Di lingkungan manapun Anda di muka bumi ini, maka Anda akan menemukan makhluk hidup lain selain Anda. Semua makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya.

Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral.

Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.

Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem? Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.

Gambar 2. Keanekaragaman ekosistem (a) padang rumput (b) padang tundra (c) gurun pasir

Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.

Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.

Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.

Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda merupakan keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem. Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami gangguan.

Gangguan-gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem , antara lain penebangan pohon di hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan bencana tsunami.

KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA

Tahukah Anda, bahwa Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi? Dua negara lainnya adalah Brazil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah disamping memiliki keanekragaman hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas).
Untuk lebih memahami materi tersebut, silakan Anda simak uraian mengenai keaneragaman hayati yang terdapat di Indonesia berikut ini!
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.
Tumbuhan (flora) di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya. Flora Indo-Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Filipina sering disebut sebagai kelompok flora Malesiana.
Hutan di daerah flora Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 species tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya Keruing ( Dipterocarpus sp), Meranti (Shorea sp), Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan Kayu kapur (Drybalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian (Durio zibetinus), Mangga (Mangifera indica), dan Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.
Sebagai negara yang memiliki flora Malesiana apakah di Malaysia dan Filipina juga memiliki jenis tumbuhan seperti yang dimiliki oleh Indonesia? Ya, di Malaysia dan Filipina juga terdapat tumbuhan durian, mangga, dan sukun. Di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Tetrastigma.

Bagaimana dengan wilayah Indonesia bagian timur? Apakah jenis tumbuhannya sama? Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan non?Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki pohon-pohon sedang, diantaranya beringin (Ficus sp), dan matoa (Pometia pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian.
Selanjutnya, mari kita lihat hewan (fauna) di Indonesia. Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia) serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Banyak species mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2. Terdapat berbagai macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan.
3. Terdapat hewan endemik, seperti: badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang), monyet (Presbytis thomari), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus coucang).
4. Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik, misalnya: jalak bali (Leucopsar nothschili), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons).

Sekarang mari kita lanjutkan dengan hewan-hewan yang terdapat di Kawasan Indonesia Timur. Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:

1. Mamalia berukuran kecil
2. Banyak hewan berkantung
3. Tidak terdapat species kera
4. Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam

Irian Jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru (Dendrolagus ursinus), kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki kolek si burung terbanyak, dan yang paling terkenal adalah burung Cenderawasih (Paradiseae sp). Di Nusa Tenggara, terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus komodoensis).
Sedangkan daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius (Tarsius bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).

 

Tata Cara Memasuki Kawasan Konservasi

 

 

  1. Sebelum memasuki kawasan pengunjung harus melapor dan meminta ijin ke kantor Balai KSDA atau seksi konservasi wilayah setempat untuk mendapatkan SIMAKSI (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi)
  2. Sebelum memasuki kawasan pengunjung wajib melapor kepada petugas atau kepala resort Konservasi wilayah setempat.
  3. Pengunjung dengan tujuan penelitian, pendidikan dan rombongan wajib ;
  • Membawa surat jalan dari Oraganisasi/Sekolah/instansi/institusi
  • Menyerahkan kepada Balai KSDA copy laporan tertulis hasil kegiatan penelitian/pendidikan yang telah dilaksanakan.
  1. Selama berada dalam kawasan konservasi, pengunjung wajib menaati ketentuan sebagai berikut :
  • Dilarang mengambil tumbuhan, binatang, barang/bahan dari dalam kawasan konservasi
  • Dilarang mencoret-coret, merusak pohon/fasilitas/bangunan didalam kawasan konservasi
  • Sebelum meninggalkan kawasan konservasi, pengunjung wajib membersihkan sampah, membuangnya pada tempat yang disediakan
  • Segera mematikan apiunggun, tungku masak, dan perapian lain setelah selesai pemakaian
  • Menjaga tata tertib, disiplin, dan mentaati ketentuan/peraturan lainnya didalam kawasan hutan, termasuk petunjuk kawasan hutan.
  1. Khusus untuk kegiatan pembuatan film/video wajib membuat credit title Dirjen PHKA dan Logo Departemen Kehutanan dalam film/video yang dibuat.
  2. Khusus untuk memasuki Kawasan Taman Wisata Alam pengunjung membayar karcis masuk sesuai ketentuan yang berlaku.

 

Informasi lebih lanjut hubngi :

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jatim

Selamat Datang

MAPALIPMA merupakan akronim dari Mahasiswa Pencinta Alam Institut Pertanian Malang, yaitu suatu wadah dari mahasiswa Institut Pertanian Malang yang cinta alam, gemar melakukan kegiatan di alam terbuka dan bergerak di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta berusaha untuk menciptakan kondisi lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang.